Menelaah Mukadimah PSHT

Diposting oleh PERSAUDARAAN SETIA HATI T ERATE | 20.34 | 0 komentar »

Bahwa sesungguhnya hakekat hidup ini berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing, menuju kesempurnaan. Demikianpun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, hendak menuju ke-keabadian kembali kepada Causa Prima, titik tolak segala sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat, namun tidak semua insan menyadari bahwa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelenap dilubuk hari sanubarinya.

Mencermati mukadimah atau preambole SH Terate, sesungguhnya kita dibawa pada satu permenungan hakikat hidup manusia seutuhnya. Manusia yang tidak hanya, terjebak pada konteks material. Tapi juga immaterial, Dalam bahasa yang lebih sederhana, sosok manusia secara lahiriyah, dan batiniah.

Sejenak mari kita hayati, dalam mukadimah SH Terate alenia pertama, setelah kita diajak merenungu makna keberadaan diri bahwa sesungguhnya hakekat hidup ini berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing, menuju kesempurnaan, kita dihadapkan pada misteri azali, berupa tujuan akhir laku dalam kehidupan ini. Yakni, hendak menuju ke keabadian kembali kepada Causa Prima”. Dzat yang berwenang atas hukum timbal balik. Yang Awal dan Yang Akhir.

Pendekatan reliagius, Dzat ini lebih dikenal dengan sebutan Allah, Tuhan, Sang Hyang Wenang, atau juga Kang Murbeng Dumadi.

Melihat konteksnya, jelas apa yang ingin dicapai ilmu Seti Hati, adalah kesadaran luhur, melalui sebuah menyikapan prilaku hidup atau lebih dikenal sebagai budi. Makanya dalam penjabaran keilmuan, kata luhur dan budi ini dijadikan sebuah tujuan SH Terate. Yaitu, membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Alenia pertama, preambole atau pembaukaan AD ART Setia Hati Terate, sesungguhnya menggiring kesadaran kita pada pemahaman tentang hakikat hidup. Semuanya itu secara alami berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju pada kesempurnaan. Manusia lebih komplit dan lebih unik lagi. Karena di dalamnya ada jiwa ada rasa.

Kita diajak mengenal diri sendiri sebaik-baiknya. Kalau sudah mengenal diri sendiri, akan mengenal Tuhan. Melalui perenungan. Apa yang ditangkap dengan mata, telinga, hati, dierenungkan, difikirkan, untuk mendapatkan pemahaman dan kesadaran di dalamnya.

Manusia, dengan melihat kepada diri sendiri baik phisik atau segala yang berada pada dirinya. Misalnya,, kita bisa bergerak, melilhat, mendengar, berfikir, menganalisa dan merasakan, terus timbul suatu keyakinan. Ini aneh bin unik. Satu sosok makhluk yang bisa berbuat seperti.

Jika kita mau merenunginya, akan muncul sebuah pertanyaan, siapa sebenarnya yang mampu menciptakan makhluk seperti itu. Pertanyaan itu, akan sampai pada sebuah jawaban, pasti yang menciptakan sebuah Dazat yang Maha Luar Biasa. Kemudian, kita lantas menyebutnya sebagai Tuhan, melalui orang tua masing-masing. Ini, antara lain penjabaran ringkas alenia pertama dan kedua.

SUMBER : www.lawupos.net

0 komentar